SUARAIKAWANGI, Banyuwangi – Di sela kegiatan Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa), Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani berkunjung ke kebun hidroponik milik Saiful Bahri di Dusun/Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, Kamis (7/8/2025). Dari kunjungan tersebut, terungkap cerita perjuangan Saiful membangun usaha hidroponik dari nol hingga jadi pemasok tetap ke sejumlah gerai kebab dan toko salad di Banyuwangi.
Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil, prinsip itu tertanam kuat pada dua pemuda asal Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, yang sukses mengembangkan usaha pertanian hidroponik selada. Mereka adalah Saiful Bahri dan Ferdiansyah, dua pelaku agribisnis yang lahir dari program inovatif Pemkab Banyuwangi, yakni program Jagoan Tani.
Terkait hal tersebut, Saiful bercerita bahwa usahanya dimulai saat pandemi Covid-19 melanda pada 2020, saat itu, ia tergugah melihat kegiatan bertani hidroponik di Pay Farm, usaha milik Ferdiansyah, berlokasi di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, lalu ia belajar dari Pay Farm, dan mulai merintis kebunnya sendiri, tidak mudah, diawal usaha ia banyak menemui kendala. “Awalnya, merintis pakai tiang greenhouse dari bambu, atap plastik seadanya, pernah semua tanaman selada mati karena nutrisi kebanyakan, pernah juga atap roboh karena hujan, tapi saya terus bangkit dan belajar dari kesalahan,” tuturnya.
Dari kegigihannya, Saiful kini sudah memiliki greenhouse berukuran 12 x 20 meter, dengan 10 meja tanam, dan 4.500 lubang hidroponik, setiap hari ia panen sekitar 10 sampai 20 kilogram selada, yang sebagian besar dikirim ke gerai kebab dan toko salad di Banyuwangi. “Omzet harian sekitar Rp.200 ribu, dan omzet perbulan sekitar Rp.6 juta, bisa lebih, saat harga naik, untuk sekarang, harga jual perkilogram selada ke mitra berkisar Rp.20 ribu,” ujar Saiful yang kini mempekerjakan tiga orang dari warga sekitar.
Kesuksesan Saiful tak lepas dari kerja sama dengan Pay Farm, usaha rintisan milik Ferdiansyah, yang juara Jagoan Tani Banyuwangi tahun 2021, Saiful telah menjadi mitra dari Pay Farm, Ferdiansyah menjelaskan bahwa Pay Farm sendiri, lahir dari semangat untuk membantu anak yatim dan dhuafa melalui pertanian berkelanjutan, usaha ini mulai tumbuh setelah ia mengikuti program Jagoan Tani. “Sebelum ikut Jagoan Tani, pasar kami hanya di desa, setelah itu, kami bisa tembus hingga Surabaya, ke Kratos, salah satu outlet salad terbesar di sana, kita sudah kontrak dengan mereka,” jelasnya.
Dari Jagoan Tani, Ferdiansyah mengaku mendapatkan tiga manfaat, diantaranya yaitu:
1. Akses relasi pasar
2. Bantuan modal
3. Pendampingan keterampilan.
<span;>Dukungan itu membuat Pay Farm mampu memperluas kapasitas produksi dan menjalin kemitraan dengan lebih banyak petani hidroponik. “Kami kini punya sekitar 10 mitra, termasuk milik Saiful, produksi harian bisa sampai 50 kilogram dengan total 30 ribu lubang tanam,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Ipuk mengatakan, dua pemuda ini membuktikan bahwa pertanian bukan profesi yang tertinggal, melainkan bisa menjadi jalan sukses jika ditekuni dengan ilmu dan inovasi, ia pun mengajak generasi muda untuk tidak ragu menekuni sektor pertanian, terutama dengan pendekatan teknologi seperti hidroponik, Pemkab Banyuwangi, kata Ipuk, akan terus mendorong lahirnya petani-petani muda yang kreatif dan mandiri. “Jadi ini contoh dua anak muda yang bisa menjadi inspirasi, oleh karena itu, kami mengajak anak muda untuk ikut Jagoan Banyuwangi,” ajaknya. (Red)